Selasa, 29 Maret 2011

Perjuangan bu Diana

Pukul 07.00 tanda jam pelajaran pertama akan dimulai. Semua murid berbaris di depan pintu kelas. Guru kelas masuk ke kelas masing-masing begitu juga Bu Diana. Bu Diana mengabsen murid-muridnya. Semua siswa berangkat sekolah kecuali siswa yang bernama Budi. Menurut murid-murid lain, Budi tidak berangkat ke sekolah karena Budi meminta dibelikan HP. Mendengar perkataan itu, Bu Diana melaporkan kepada Kepala Sekolah. Kepala sekolah menindaklanjuti kebenaran berita tersebut dengan mengirim surat kepada kedua orang tua Budi agar bersedia datang ke sekolah. Saat bertemu dengan kepala sekolah, kedua orang tua Budi bercerita memang anaknya tidak mau sekolah lagi karena ingin memiliki HP. Orang tua Budi juga berkata bahwa besok Budi akan berangkat sekolah karena Budi sudah dibelikan HP. Mendengar hal tersebut, kepala sekolah lega. Beliau juga menasehati agar Budi tidak boleh mutung lagi.

Keesokan harinya, Budi masuk sekolah. Namun, hari berikutnya Budi tidak mau sekolah lagi. Dia kembali mutung, kali ini dia tidak minta HP tetapi minta dibelikan sepeda motor. Orang tuanya bingung cara apa yang harus mereka lakukan agar anaknya mau sekolah kembali. Jika mereka menuruti keinginan anaknya, bagaimana mereka bisa membeli motor untuk makan saja mereka masih sering kekurangan.

Mengetahui Budi kembali tidak masuk sekolah, pihak sekolah mendatangi langsung ke rumah Budi dan memberikan fasilitas antar jemput kepada Budi namun Budi tetap tidak mau. Selaku guru kelas Bu Diana berpikir keras untuk membujuk Budi. Bu Diana akan memberikan tambahan jam pelajaran pada Budi setiap hari minggu di rumah Budi. Pada awalnya Budi menolak kehadiran Bu Diana. Bu Diana memberi pengertian Budi. Akhirnya Budi mau menurutinya dan setiap hari minggu selama 2 jam Budi belajar bersama Bu Diana di rumahnya. Pada minggu kedua, Budi mogok belajar dan dia mengusir Bu Diana dengan kata-kata kasar. Dengan sabar Bu Diana membujuk tetapi Budi tetap bersikeras tidak mau. Akhirnya Bu Diana pulang dengan perasaan sedih. Pada malam harinya, Bu Diana menulis sebuah surat untuk Budi. Surat tersebut dititipkan kepada muridnya yang bernama Anton, Anton adalah sahabat Budi yang rumahnya berdekatan.



Teruntuk ananda Budi
Di
Rumah

Assalamu’alaikum
Bagaimana kabar anda sayang hari ini? Semoga ananda selalu sehat dan bahagia ya. Alhamdulillah keadaan ibu juga sehat.

Ibu tahu, Budi sangat pengen punya sepeda motor. Bu Diana punya cara agar Budi bisa memiliki sepeda motor. Budi mau tahu caranya?
Caranya sangat mudah, tidak memiliki modal uang. Modalnya cukup dengan belajar.
Jika Budi mau belajar, Budi menjadi pintar. Jika pintar, Budi sekolahnya bisa tinggi. Dengan sekolah yang tinggi, insyaAllah Budi akan mendapatkan pekerjaan yang mapan. Dengan pekerjaan tersebut, Budi menghasilkan banyak uang.
Wah, banyak sekali uangnya..coba Budi bayangkan..Ada uang 100.000an berpuluh-puluh lembar bahkan ratusan lembar, ada juga uang 50.000an, 20.000an dan 10.000an yang juga ratusan lembar..
Wah, Budi pasti sangat senang. Budi menjadi jutawan. Punya banyak uang. Budi mau beli apa saja pasti bisa. Mau beli HP, Motor, Mobil bahkan rumah. Melebihi teman-teman Budi
Wah, bapak dan Ibu Budi pasti juga senang sekali dengan kesuksesan Budi
Bu Diana juga senang sekali.

Tapi kalau Budi mau beli motornya sekarang?
Bagaimana Budi bisa beli? Dari uang orang tua ?
Kalo dari orang tua kan kasihan bapak ibu, lagian itu jadinya motor itu bukan motor Budi dong, motor orang tua. Nah, pasti Budi tidak terlalu bangga kan kalo motornya dibelikan bapak dan ibu.

Bu guru, mengharapkan Budi agar mau belajar kembali bersama teman-teman. Jadi, Budi bisa mewujudkan cita-cita Budi membeli motor. Maukah Budi mempertimbangkan saran ibu? Budi mau kan?? Bu guru akan selalu membantu Budi untuk mewujudkannya.

Wassalam
Bu Diana

Surat balasan Budi

Kepada Ibu Diana
Di Sekolah

Kabar Budi sehat, bu
Benar apa yang ibu katakan. Saya ingin sekali memiliki sepeda motor seperti teman-teman saya. Mereka sering mengejek saya karena saya tidak memiliki motor. Jadi, saya meminta kepada bapak dan ibu untuk membelikan saya motor. Tetapi bapak dan ibu tidak mengabulkan permintaan saya. Jadi, saya mengancam bapak dan ibu untuk tidak masuk sekolah.
Saya tahu, bapak dan ibu saya memang sangat miskin. Untuk makan saya kadang tidak mencukupi. Tetapi saya tidak mau diejek teman-teman bu!. Benarkah bu, jika saya belajar rajin saya bisa membeli apapun yang saya inginkan??

Wassalam
Budi

Kemudian bu Diana menulis surat kembali kepada Budi. Surat tersebut berbunyi
Teruntuk Ananda Budi
Di Rumah

Terima kasih, sudah membalas surat dari ibu. Ibu senang sekali. Ibu tahu perasaan Budi. InsyaAllah dengan belajar yang rajin Budi akan mendapatkan apa yang Budi inginkan. Budi juga bisa membuktikan kepada teman-teman Budi bahwa Budi. Budi mau belajar lagi?
¬
Surat bu Diana pun dijawab kembali oleh Budi. Dalam surat tersebut Budi mengatakan bahwa dia bersedia kembali bersekolah asal teman-temannya tidak akan mengejek lagi. Bu Diana menasehati murid-muridnya agar tidak mengejek Budi. Teman-teman Budi pun menuruti permintaan bu Diana.

Keesokan harinya, Budi mulai berangkat sekolah seperti yang dia janjikan. Di sekolah dia disambut riang oleh teman-temannya yang sudah sangat merindukan kehadiran Budi. Teman-temannya pun tidak mengungkit alasan-alasan Budi tidak berangkat sekolah. Setiap berangkat sekolah dia selalu mengawalinya dengan semangat untuk membuktikan kepada teman-teman bahwa dia bisa.

Pada saat pengumuman UASBN, Budi tercatat sebagai salah satu murid yang memperoleh nilai baik dan lulus semua mata pelajaran. Melihat pengumuman tersebut Budi senang sekali dan dia berterima kasih kepada Bu Diana atas nasehatnya. Bu Diana hanya tersenyum manis, dan berkata ”Budi buktikan ya..kalo Budi pasti bisa mewujudkan impian Budi”. Budi pun menganggukkan kepala dengan berkata ”semangat”


Tidak ada komentar: