Rabu, 02 Maret 2011

Bersahabat dengan manusia polos (session 1)

Salah satu profesiku adalah seorang guru di salah satu sekolah dasar dan guru les untuk anak-anak usia dini, play group, TK, dan SD.

Setiap hari bersahabat dengan manusia polos, manusia yang benar-benar tulus memperhatikanku, membuatku tertawa dan menghiburku kala sedang susah, sehingga ketika bertemu dengan mereka, bercanda dengan mereka aku lupa dengan kesedihanku bahkan kadang muncul beberapa ide brilian ketika bersama mereka, memimpikan memiliki anak-anak yang lucu seperti mereka...amiin

Salah satu ideku adalah ingin membuat sebuah buku tentang perjalanan hidupku bersama manusia polos, bersahabat dengan mereka..persahabatan tanpa syarat dari hati...semoga ada yang berminat untuk menerbitkannya..

Cerita pertama aku awali dari kejadian ku bersama, salah satu muridku yang duduk di kelas I, namanya Adhi Prasetyo..
Ketika itu kelas satu kedatangan tamu spesial khusus untuk menyuntik atau memberi imunisasi kepada mereka.. wah, momen mendebarkan bagi anak-anak..meyakinkan mereka agar mau disuntik, dan menenangkan mereka ketika mereka menangis karena kesakitan...nangis satu nangis semua,,.

Saat itu Adhi sedang menunggu giliran dari bu bidan Nia, aku yang seang memegangi seorang anak agar tidak lari saat disuntik..tiba-tiba dia mengajakku ngobrol..
"bu guru, bu guru"
"iya"
"kalo disuntik tidak nangis, nanti sepit (sunnat.red) kan bu guru?"
"iya, pintar nanti sunnat..tapi sunnatnya kalau udah gede ya"
"aku mau disunnat 10 kali bu guru"
mendengar perkataannya, aku kaget. dalam hati kenapa ya, anak ini pengen disunnat sebanyak 10 kali...tapi gak terlalu memikirkan terlalu dalam, atau menjelaskan terlalu berlebihan tentang sunnat, mengingat usianya yang baru sekitar 7 tahunan,. tentu tidak mudeng sekali dengan perkataannya.
"sunnat yang sekali, ga boleh 10 kali"
"tapi aku maunya 10 kali bu guru" katanya dengan muka berkaca-kaca mau menangis

Melihatnya aku bertanya kenapa sih Adhi mau disunatt sebanyak 10 kali..dia menjawab biar puas bu guru
"oooh, ya sudah besok ya nunggu adhi besar..sekarang kita komputeran dulu..

Menurut analisisku, Adhi mengatakan keinginannya untuk sunnat dilatar belakangi oleh..
beberapa minggu sebelum kejadian ini, kakak laki-lakinya sunnat, mungkin sebagai seorang anak kecil dan berjenis kelamin laki-laki juga.. melihat kakaknya disunnat dia pengen..tetapi ibu atau bapaknya membujuknya dengan halus, kalau adhi sudah besar dan sudah tidak menangis lagi nanti disunnat..

Analisis kedua berkaitan dengan bilangan, seorang anak kecil rata-rata tidak menyukai bilangan satu atau kurang dari dua, mereka cenderung berkeinginan untuk memiliki segala sesuatu dalam jumlah yang banyak. dalam hal ini ada sangat menyukai ketika dia memiliki atau mendapatkan sesuatu sejumlah 10.. Sehingga apapun selalu dia kaitkan dengan 10..

Dari kejadian ini, saya menjadi bertambah mengerti tentang anak-anak, bahwa mungkin pendapat atau ungkapan hati anak2 sangat bertolak belakang dengan pengetahuan atau pengalaman kita sebagai orang yang dapat dibilang sudah tua,, tetapi walaupun begitu hendaknya kita cukup mendengarkan saja, mendengarkan dengan menatap matanya (untuk menunjukkan antusias kita) sambil tersenyum, mengiyakan perkataannya..lalu dengan bijak kita mencoba memperbaiki ketika ada konsepnya yang kurang tepat..Dengan demikian, anak akan mengerti bahwa dia diperhatikan, dan didengarkan..dan akan begitu dengan mudah kita meluruskan kesalahan konsepnya tentang suatu hal..

Salam semangat untuk bersahabat dengan manusia polos ^_^





Tidak ada komentar: