Disarikan dari ARtikeL, reNungaN, kisaH mOtifasi pada 01 Maret 2011 jam 17:18
Sudah genap usiaku 26 tahun bu, rasanya sudah besar keinginanku untuk menikah. Menikah dengan seseorang yang sangat aku cintai.
Ibu, tapi kapankah engkau mengijinkan aku menikah
Mengijinkanku untuk memiliki suami dan anak sebagaimana yang telah engkau lalui dengan bapak dahulu
Ibu, aku ingin merasakan menjadi wanita yang sempurna
Menyempurnakan ketakwaanku kepada Tuhanku
dan merasakan pengabdian kepada seorang suami sebagaimana engkau ibu
Aku ingin bersama-sama suamiku melaksanakan ibadah-ibadah wajib seperti shalat, puasa, dan berbakti kepadanya bahkan pergi ke tanah suci bersamanya, ibu...
Aku ingin memulai hari-hariku untuk mendo'akan setiap usaha suamiku untuk mencari nafkah..
Aku ingin melaksanakan banyak ibadah sunnah bersama suamiku, dari shalat malam, puasa senin-kamis, daud, atau 13-14-15 agar menambah keberkahan dan rasa bersyukur kami atas nikmat Allah SWT
Aku bukan perempuan religius. tapi aku begitu yakin ketika menikah dengannya aku akan memperoleh ketenangan batin.
Begitu pagi, mengurusi jagoan kecilku berpakaian sambil menyanyikannya dzikir pagi hari…subhanallah ‘adada khalqi……dan merapikan dasi suamiku yang berkemeja biru langit, sambil menciumi janggutnya yang selalu bersih itu…Mereka akan bergantian memelukku dan tersenyum…”bunda, berangkat dulu yaa…”
Aku bukan perempuan berwajah teduh. tapi aku begitu yakin akan mampu meneduhkan suami dan anakku.
Dan ketika mereka tak ada, aku akan sibuk membenahi rumah dan jadi koki sambil bersenandung mengikuti irama lagu-lagu baru di radio. Menerima telepon dari sahabat-sahabatku sesekali. Melanjutkan tadarus, karena isya’ nanti suamiku akan memeriksa progressnya. Mengurusi jundi-ku ketika ia pulang dan cerita kalau ia hari ini dihajar teman-temannya….mengajar
inya untuk shalat tepat waktu dan istirahat siang..lalu aku akan asyik di perpustakaan suamiku sambil menyiapkan bahan ajar karena sore nanti murid-murid kecilku akan datang….
Aku bukan perempuan yang pandai. tapi aku mau berjuang untuk jadi pandai. Sekalipun tak kan pernah cukup bagimu.
Begitu sore menjelang, murid-muridku satu persatu pamit pulang, akan kubasuh tubuh dan kukenakan pakaian terbaikku, jilbab terbaikku, dan perhiasan yang diberi suamiku….berdandan layaknya mengunjungi teman sejawat dan sanak saudara..agar suamiku ridha melihatku ketika kami bertemu nanti. Agar penatnya segera hilang begitu kusuguhkan teh dan pisang goreng sambil ia mencium lembut pinggangku dan tersenyum.
.
Tuhan, aku bukan perempuan berwajah cantik. Tapi aku ingin suamiku melihatku sebagai wanita paling cantik di matanya..
Dan magrib berkunjung, kami akan asyik khusyuk shalat berjama’ah..betapa akan kukagumi bacaan sholat suamiku dan siluet tubuhnya yang tegap ketika mengimami kami, maka aku akan berdoa dan bersyukur untuknya kepada Tuhan..
Maka ketika isya’ menutup hari, jundi tertidur, suamiku akan sibuk membuatku tertawa sebelum ia kembali kepada rutinitasnya bekerja di kamar sebelah….
Bu…aku tak minta banyak, izinkan ini jadi nyata. Aku tahu nanti tak akan semulus tampaknya. Aku tahu kau khawatir kepadaku. Tapi bu, aku telah menemukan imamku, jangan engkau menolaknya, karena ia akan menjagaku lebih baik dari yang bisa ibu bayangkan. Aku tak akan benar-benar lepas dan menghilang darimu bu. Tak inginkah ibu menimang cucu ? karena aku sudah tak sabar mengandungnya..Tak inginkah ibu melihatku tersenyum dan menjadi dewasa…? karena aku sudah tak sabar menjemput kebahagiaan.
Ibu, aku ingin menikah tahun ini...ridhoilah aku agar Allah SWT menyegerakan aku untuk bertemu dengan suamiku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar