Selasa, 12 April 2011

“Doni pengen nikah, mak ”

Lima tahun sudah Doni mengabdikan diri menjadi guru wiyata bakti di sekolah dasar. Tak terasa usianya sudah 27 tahun, cukup untuk menikah. Namun, sampai sekarang Dia belum memiliki kekasih padahal keinginan ia untuk membina rumah tangga sudah sangat tinggi.

Suatu ketika Kepala Sekolah memerintahkan Doni untuk mengambil dana Bos di sebuah bank. Disana Doni bertemu dengan Wulan, teman kuliahnya dulu. Wulan sekarang menjadi pegawai bank tersebut. Mereka pun bertukar nomor telepon. Sejak pertemuan itu, Doni dan Wulan semakin dekat mereka sering jalan-jalan bareng dan ternyata keduanya saling jatuh cinta. Sebenarnya sejak kuliah dulu Doni dan Wulan sudah saling tertarik satu sama lain, namun ketertarikan tersebut hanya disimpan di hati saja. Akhirnya mereka pun menjalin hubungan cinta.
Hubungan cinta Doni dan Wulan tidak berjalan dengan mulus. Kedua orang tua Wulan sama sekali tidak menyetujui hubungan mereka karena Doni seorang guru bakti. Orang tua wulan menyuruh Wulan mengakhiri hubungan mereka. Namun Wulan dan Doni menolaknya, bahkan Doni mengatakan akan melamar Wulan. Bapak Wulan menyangsikan niatan Doni dengan berkata dengan keras dan menghina
” Bagaimana mungkin kamu bisa memberi makan anak saya, untuk makan sendiri saya kamu masih kekurangan. Kamu mau kasih makan anak saya batu” .
Doni menjawab dengan nada menasehati ” rejeki saya tidak hanya dari guru bakti pak. InsyaAlloh saya bisa memberi makan keluarga saya kelak”.
Kata-kata Doni tersebut membuat orang tua Wulan semakin geram dengan mengatakan bahwa Doni sama sekali tidak pantas untuk seorang pegawai bank seperti Wulan. Melihat kekasihnya dicaci maki, Wulan dengan berlinang air mata mengatakan bahwa dia sangat mencintai Doni, dan ingin menikah dengan Doni. Orang tua Wulan mengatakan akan merestui hubungan mereka, jika Doni memiliki uang Rp 1.000.000,00 dalam waktu tiga bulan.




Permintaan kedua orang tua Wulan ini tentu sangat memberatkan bagi Doni. Donipun menawar dalam jangka waktu satu tahun. Tetapi orang tua Wulan menolak, dan mengatakan jika Doni tidak mau dia harus melupakan pernikahannya dengan Wulan. Mendengar ancaman kedua orang tua Wulan, akhirnya Doni menyanggupi syarat dari kedua orang tua Wulan. Selain itu orang tua Wulan juga melarang Doni bertemu dengan Wulan sebelum uang Rp 1.000.000 terkumpul.
Sesampai di rumah, Doni bercerita kepada emaknya bahwa dia akan menikah dengan Doni. Emak Doni mengatakan bahwa apakah Doni siap menikah dengan Wulan, seorang anak juragan beras terkenal di kotanya. Doni pun menjawab pertanyaan emaknya ” InsyaAlloh mak”. Doni tidak menceritakan tentang syarat dari kedua orang tua Wulan, Doni takut emaknya terbebani. Namun, gosip dari tetangga tentang permintaan kedua orang tua wulan kepada Doni akhirnya sampai juga ke telinga Emak. Emak menanyakan kepada Doni tentang kebenarannya. Doni akhirnya menjawab dengan jujur bahwa gosip itu adalah benar. Emak menyarankan kepada Doni agar Doni menjual pekarangan, jadi Doni tidak perlu kerja siang malam untuk mencari uang. Doni menolak saran emak karena tidak mungkin dia tega untuk menjual pekarangan satu-satunya harta peninggalan almarhum bapaknya. Doni juga mengatakan agar emaknya tidak perlu khawatir karena dia pasti bisa mendapatkan uang satu juga itu sebagai mas kawin untuk Wulan.
”Rejeki manusia kan ada 10 mak. InsyaAlloh Alloh akan membukakan semuanya untuk Doni. Emak bantu Doni doa saja ya ” kata Doni meyakinkan emak agar tidak khawatir.
Emak memeluk Doni sambil berkata ”Emak akan selalu mendo’akan mu, le”
Waktu pagi dan siang Doni gunakan untuk mengajar di SD, lalu setelah pulang sekolah dia menjadi sales motor, malam hari dia gunakan sebagai relawan PNPM. Doni sama sekali tidak menunjukkan rasa capai, dia bekerja keras demi pernikahannya dengan Wulan.
Setiap bulan uamh uang yang berhasil Doni kumpulkan pasti habis, karena ada saja kebutuhan penting dan mendesak yang harus dia keluarkan. Bulan pertama Doni berhasil mengumpulkan uang sebesar Rp 400.000,00. Namun, uang itu habis untuk biaya opname emaknya di rumah sakit. Bulan kedua, uang yang dikumpulkan pun habis untuk membeli genting rumah yang telah rusak. Hal ini sama sekali tidak membuat Doni putus asa, dia tetap berusaha keras untuk mendapatkan uang satu juta tersebut. Pada bulan terakhir, seperti yang dijanjikan kedua orang tua Wulan. Tiba-tiba Bos tempat Doni menjadi sales motor, memberikan bonus atas penjualan Doni yang melebihi target. Bonus tersebut tepat berjumlah satu juta rupiah seperti yang Doni butuhkan. Doni sangat berterima kasih kepada Alloh dan bosnya. ”Akhirnya aku bisa menikah” katanya dengan wajah gembira.
Setelah menerima uang tersebut, Doni langsung pergi ke rumah Wulan. Dia menyerahkan uang satu juta rupiah tersebut kepada kedua orang tua wulan. Melihat kekasihnya berhasil mendapatkan uang tersebut Wulan senang sekali dan bangga kepada kekasihnya itu. Namun, orang tua Wulan kaget setengah mati, sebab mereka tidak mempercayai seorang guru bakti bisa mengumpulkan uang sebesar itu. Mengetahui gertakannya gagal, kedua orang tua wulan memberikan syarat kembali kepada Doni yaitu memberikan emas seberat lima gram dalam waktu satu minggu sebagai mas kawin Wulan. Mendengar permintaan tersebut, dengan raut muka sedih Wulan mengatakan bahwa kedua orang tuanya keterlaluan padahal kekasihnya sudah membuktikan kesungguhannya untuk menikah dengan Wulan dengan memenuhi permintaan kedua orang tuanya. Tapi kenapa kedua orang tuanya masih memberikan syarat lain yang lebih memberatkan kekasihnya. Wulan juga mengatakan apakah bukti uang satu juga tersebut tidak cukup bagi kedua orang tuanya.
Mendengar perkataan anaknya, akhirnya kedua orang tua Wulan berkata lirih, ”baiklah. Kami merestui kalian menikah”
Kata-kata kedua orang tua Wulan, membuat Wulan dan Doni tersenyum lebar. Wulan memeluk kedua orang tuanya sedangkan Doni melakukan sujud syukur kepada Alloh karena telah mengabulkan doanya untuk menikah dengan Wulan. Doni juga menjabat tangan bapak Wulan sambil berkata ” Terima kasih pak. InsyaAlloh saya akan menjaga wulan dengan baik”. Dua bulan kemudian pernikahan wulan dan Doni dilaksanakan. Pernikahan tersebut digelar dengan sangat sederhana.**

Tidak ada komentar: