Jumat, 18 Februari 2011

Cerpen kisah Nyata :


BIARPUN GAJI KECIL,
AKU SENANG MENJADI GURU WIYATA BHAKTI

Oleh :
RG * (nama samaran)


Kabut pagi mulai menghilang, cahaya matahari sedikit demi sedikit mulai menampakkan sinarnya. Seorang anak manusia mulai mempersiapkan diri untuk mencari sebuah pengharapan hidup. Dia berniat akan mencari pekerjaan di kota kabupaten tempat dia tinggal.
Doni namanya. Dia adalah salah satu alumni perguruan tinggi terkemuka di kotanya, dia lulus dengan predikat cum laude. Kedua orang tuanya adalah penderes di salah satu desa terpencil. Dia berhasil kuliah karena mendapatkan bantuan dari kakak-kakaknya yang bekerja di kota besar.
Sudah setengah tahun lamanya, dia melamar pekerjaan kesana kemari baik di perusahaan swasta maupun mengikuti berbagai ujian CPNS di berbagai daerah. Namun, usahanya belum satupun membawa hasil yang diharapkan. Hal ini terkadang membuatnya putus asa dan berpikir, apalah artinya predikat cumlaudenya dan gelar yang telah dia peroleh karena tidak bisa mendapatkan pekerjaan. Namun, rasa kecewa hanya sebentar menghampiri Doni, dia kembali bersemangat mencari pekerjaan sebab dia berprinsip bahwa putus asa itu tidak ada gunanya.
Begitu juga dengan pagi ini, Dia mencoba mendaftar sebuah perusahaan yang baru berdiri di kotanya. Pagi itu dia sudah terlihar rapi, tampan dengan baju putih dan celana hitamnya. Doni berangkat dari rumah jam 07.30, dia mengendarai kendaraan umum menuju tempat dia akan melakukan wawancara. Lama perjalanan ke tempat dia akan melakukan wawancara adalah satu jam perjalanan. Sesuai dengan jadwal wawancaranya yaitu 09.00 WIB.
Sesampai di kantor, Doni menyempatkan diri untuk beristirahat sebentar dan menunggu antrian untuk wawancara dengan Bu Wiwi, nama salah satu direksi di perusahaan tersebut. Wawancara tersebut berlangsung selama satu jam. Dalam wawancara tersebut Doni ditanya motivasinya mendaftar ke perusahaan itu dan posisi apa yang akan didaftar oleh Doni. Donipun menjawab dengan mantap dan lantang bahwa alasan dia mendaftar perusahaan tersebut adalah ingin mengabdikan diri kepada perusahaan dengan posisi sebagai staf administrasi.
Mendengar jawaban Doni, Bu Wiwi melanjutkan wawancaranya, beliau mengatakan bahwa jika Doni bersungguh-sungguh ingin mendaftar sebagai staf administrasi di perusahaannya dia harus menyiapkan uang pelatihan sebesar Rp 500.000, 00. Doni terkaget luar biasa mendengar perkataan Bu Wiwi, karena dia akan mendapatkan pekerjaan jika ia membayar Rp 500.000,00.
Melihat raut muka Doni yang tercengang, Bu Wiwi mengatakan apakah dia siap menyediakan uang sebesar itu. Doni bingung menjawabnya. Mencoba memahami sikat diam Doni, Bu Wiwi mengatakan bahwa Jika Doni belum mempunyai uang Doni bisa memberikan uang muka seadanya sebagai jaminan. Doni pun akhirnya menanggapi perkataan Bu Wiwi, bahwa dia tidak memiliki uang berapapun untuk dijadikan uang muka apalagi sebesar Rp 500.000,00. Bu Wiwi pun menjawab, jika dia tidak memiliki uang muka maka dengan terpaksa posisi Doni akan digeser oleh pendaftar yang berada di bawahnya.
Penjelasan Bu Wiwi membuat Doni sangat bimbang karena untuk mendapatkan pekerjaan sebagai staf administrasi dia harus menyediakan uang Rp 500.000,00, padahal dia benar-benar membutuhkan pekerjaan itu tetapi dia juga tidak mempunyai uang sepeser pun untuk memenuhi permintaan pihak perusahaan. Dengan berat  hati, Doni mengatakan bahwa dia tidak bisa memenuhi syarat yang diajukan oleh pihak perusahaan.
Setelah itu Doni pulang, dalam perjalanan pulang ke rumah Doni merenung, mengatakan dalam hati
“Ya Allah SWT, Aku ingin sekali bekerja. Tetapi kenapa untuk mendapatkan pekerjaan saya harus mengeluarkan uang, bukankah bekerja itu untuk menghasilkan uang”
“Ya Allah SWT, aku harus bagaimana? Aku sangat membutuhkan pekerjaan untuk membantu emak dan bapak”
            Sesampai di rumahnya yang begitu sederhana, Emak sudah menunggu sang buah hati dengan penuh harap. Melihat Anaknya berjalan ke arahnya, Emak berkata :
            “Dimana nduk wawancaranya?”
Doni menjawab dengan nada sedih “belum berhasil mak”
            “Sabar ya nduk” jawab emak
            “Maaf ya, mak. Doni belum bisa membahagiakan emak”
            “Tidak papa. Bagi emak, yang penting Doni sehat dan bersama emak itu sudah membuat emak bahagia” jawab emak memeluk Doni.
            Doni tidak pernah menceritakan kepada emak bahwa untuk mendapatkan pekerjaan dia harus membayar Rp 500.000,00. Dia tidak ingin membebani emak dan menambah pikiran emak dan bapak.
            Seperti biasa, setiap sore Doni membantu di Desa bersama Pak Soleh. Dia ikut aktif dalam program PNPM di desanya. Doni menceritakan kejadian tadi pagi kepada Pak Soleh. Merasa kasihan pada Doni, Pak Soleh menawari Doni untuk membantu mengajar di Sekolah Dasar tempat dia mengajar. Pak Soleh juga mengatakan bahwa jika Doni mau bekerja di Sekolah Dasar tidak boleh berharap banyak untuk bisa menjadi PNS dan mendapatkan imbalan yang banyak, sebab Doni menjadi Wiyata Bakti yang hanya bersifat membantu proses belajar mengajar di sekolah. Donipun secara spontan mengiyakan perkataan Pak Soleh. Dia menerima tawaran Pak Soleh untuk bekerja sebagai guru Wiyata Bakti di tempat Pak soleh bekerja.
            Emak dan bapaknya pun sangat mendukung keputusan Doni dan menyuruh agar Doni ikhlas dan sabar dalam berwiyata bakti di SD. Donipun menjawab perkataan emak insyaAllah, Doni akan lebih belajar bersabar dan ikhlas lagi mak. Yang pentingkan Doni harus bersyukur karena sekarang Doni sudah mendapatkan pekerjaan” kata Doni tersenyum manis.
            Pada hari pertama bekerja di SD, bapak kepala sekolah memperkenalkan Doni kepada seluruh siswa-siswa, guru-guru dan karyawan di SD. Doni diberi tugas oleh kepala sekolah sebagai Guru TIK kelas 1 – 6. Tahun pertama Doni bakti di SD, sungguh sangat berat sebab Doni harus belajar memahami perilaku dan kepribadian anak-anak SD. Namun, lama kelamaan Doni merasa kerasan dan senang bekerja di SD. Biarpun hanya dibayar Rp 125.000,00/ bulan oleh pihak sekolah Doni merasa bersyukur. Dia tetap bekerja dengan penuh tanggung jawab.
            Pada saat gajian, bendahara SD menyerahkan uang honor kepada Doni. Dalam hati Doni berkata, “Alhamdulillah. Biarpun sedikit semoga uang ini membawa berkah. Amiin”. Seorang teman guru berkata pada Doni, “sedikit ya” Doni menjawab dengan senyum manisnya “ Biarpun sedikit tapi saya senang disini pak. Saya banyak mendapatkan ilmu disini. Ilmu sabar dan ikhlas mengabdi. Dan semoga semuanya akan selalu membawa kebaikan pada diriku. Amiin”. Jawaban Doni dibalas senyuman oleh teman-temannya.
            Siswa-siswa di SD pun sangat menyukai Doni sebagai guru merereka. Doni terkenal sebagai sosok guru yang ramah, baik dan pintar. Begitu juga dengan rekan-rekan kerjanya, mereka menyukai Doni sebagai rekan kerja yang baik dan bertanggung jawab.
            Tak terasa sudah dua tahun Doni mengabdi menjadi guru wiyata bakti di SD. Doni pun telah menjadi pribadi yang lebih baik, lebih bijak, lebih sabar dan lebih ikhlas dibanding sebelum Doni bakti di SD. Doni merasa beruntung menjadi guru wiyata bakti di SD, biarpun secara ekonomi dia tidak diberi gaji besar, tetapi imbalan secara kepribadian, dia dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bersahaja ***

Tidak ada komentar: