Jumat, 18 Februari 2011

Bad Day (diilmahi kisah nyataku)


Duar….duar….duar…
Bunyi dentuman keras yang diakibatkan oleh dua buah mobil yang berbenturan di jalan Tol. Kecelakaan tersebut terjadi pada dini hari. Semua pengendara mobil mengalami luka bakar yang sangat serius sehingga mereka harus dibawa ke rumah sakit. Salah satu dari pengendara mobil itu adalah siswa SMA. Anton, namanya. Anton adalah sahabat dekat Peli.
            Kring-kring-kring, suara bunyi telepon Peli
            “Siapa sih tengah malam begini nelpon-nelpon!” kata Peli mengeragapi dimana letak HPnya yang sedang berbunyi.
            “Halo” jawab Peli pelan dan masih menutup mata.
            “Apakah ini temannya anak yang bernama Anton?” Tanya seseorang dalam telepon
            “Iya. Anda siapa?” jawab Peli
            “Kami dari rumah sakit, tempat Anton dirawat” kata orang tersebut memberi tahu
Ternyata orang yang menelpon Peli tengah malam adalah petugas rumah sakit, tempat Anton dirawat.
            “Apa?? Anton di rumah sakit. Kenapa?” jawab Peli terperanjak kaget mendengar perkataan orang tersebut.
            “Teman anda kecelakaan” jawab petugas rumah sakit memberi tahu.
            “Oh, ya terima kasih. Saya akan segera kesana” jawab Peli tergesa-gesa.
Peli bergegas pergi ke rumah sakit tempat Anton dirawat. Karena keadaan Anton yang sangat parah, Anton dirawat di ICU.
Sudah dua hari berlalu, dan keadaan Anton masih belum berubah sedikit pun. Dia masih koma. Tapi Peli, sahabatnya tetap masih setia menemaninya. Pada saat menjaga Anton di ruang ICU dengan hati yang sedih dan gelisah melihat keadaan Anton, tiba-tiba telepon Peli berdering kencang. Pada awalnya Peli membiarkannya karena mengira telepon itu dari orang iseng. Tapi karena telepon Peli terus berdering, Peli pun mengangkatnya. Suara orang yang ada dalam telepon itu berkata,
                        “Sayang, kamu ada dimana?” kata cewek yang ada di telpon
                        “Di rumah sakit” jawab Peli lirih tidak terdengar oleh cewek tersebut.
Ternyata cewek yang menelpon Peli adalah Tata, kekasihnya sejak kelas 2 SMP. Tata melanjutkan pertanyaannya.
                        “Sayang, kok telponku dari tadi ga diangkat-angkat, sih?”Tanya Tata
                        “Maaf, aku lagi di ruang ICU” kata Peli menjawab
                        “ICU?? Ada apa denganmu, sayang” Tanya Tata khawatir
                        “Bukan aku. Tapi Anton” jawab Peli lirih
                        “Anton?? Kenapa dia” kata Tata
                        “Anton kecelakaan. Sekarang dia lagi di ICU” lanjut Peli memberi tahu
                        “Oh begitu” jawab Tata santai
                        “Ada apa kamu nelpon” Tanya Peli
                        “Sayang, kamu bisa kan ke rumahku?” kata Merajuk.
                        “Aku ga bisa. Aku lagi jaga Anton di rumah sakit” jawab Peli agak jengkel.
                        “Sebentar aja” jawab Tata membujuk.
                        “Tapi Anton belum siuman, dia masih koma dari dua hari yang lalu. Jadi aku mesti jaga dia. Maaf, sayang” Jawab Peli berusaha menjelaskan.
                        “Aku mohon. Aku juga membutuhkanmu, sayang. Bahkan aku lebih membutuhkanmu daripada Anton” kata Tata memohon.
                        “Tapi sayang.. Anton juga tidak mempunyai siapapun selain aku. Kamu tahu itu kan” kata Peli mencoba memberi pengertian kepada kekasihnya.
                        “Tapi sayang disana kan banyak dokter dan perawat. Jadi, kamu ga perlu khawatirkan Anton. Kamu juga tahu kan, aku di rumah sendirian. Ga ada siapapun di rumah ini” kata Tata memaksa.
                        “Tapi….” Jawab Peli bingung.
                        “Apa Anton lebih penting daripada aku!!”kata Tata marah,
                        “Bukan begitu”
                        “Terus kenapa kamu gak mau ke rumahku!! Kamu sudah gak peduli ma aku lagi ya, sayang?” kata Tata mencari cara agar Peli menuruti kemauannya.
                        “Kenapa kamu berkata seperti itu?”
“Abisnya kamu gak mau ke rumahku?!!” jawab Tata
“Aku kamu ke rumahmu, sayang.  Tapi tidak sekarang. Karena saat ini aku benar-benar ga bisa kerumahmu. Aku harus menemani Anton di rumah sakit” kata Peli teguh pendirian.
                        “Ya udah. Terserah kamu. Tapi jangan pernah menyesal ya. Jika besok kamu tak akan pernah melihatku lagi” jawab Tata menutup telpon dengan keras.
                        “Sayang...” Jawab Peli tidak sempat didengar Tata, karena Tata keburu menutup teleponnya.
Perasaan Peli menjadi tambah gundah dan bimbang karena ia harus memilih untuk menemani Anton sahabatnya di rumah sakit atau Tata kekasihnya. Jika ia memilih Tata, ia takut terjadi sesuatu dengan Anton. Begitu juga sebaliknya, jika dia memilih Anton, dia takut terjadi sesuatu dengan Tata.
Pada saat itu, tiba-tiba Peli teringat kejadian dulu saat mereka kelas 2 SMP. Saat itu, Tata pernah mencoba bunuh diri karena ibunya meninggal dunia. Untung saja, Tata ditolong oleh Bibi Ijah. Sejak kejadian tersebut, Peli berjanji bahwa dia akan selalu memprioritaskan Tata diatas segalanya sekalipun kepentingannya sendiri. Peli pun akhirnya memutuskan menemui Tata di rumah Tata yang jaraknya sangat jauh dari rumah sakit, tempat Anton dirawat.
Peli sama sekali tidak meninggalkan pesan apapun kepada pihak rumah sakit, sehingga pihak rumah sakit tidak tahu kemana Peli pergi.
Sesampai di rumah Tata, Peli langsung menemui Tata yang saat itu sedang duduk di teras. Begitu melihat Peli, Tata langsung memeluknya dan berkata,
                        “Sayang, aku tahu kamu pasti akan datang. Aku sudah menunggumu dari tadi”
                        “Ada apa?” jawab Peli dingin.
                        “Sayang, kenapa kamu dingin seperti ini ke aku. Kamu marah ama aku?” jawab Tata
                        “Ga” jawab Peli singkat.
                        “Kalau begitu jangan berkata ketus seperti itu ke aku dong” jawab Tata manja.
                        “Ok. Coba sekarang kamu cerita. Kamu ada masalah apa, sayang” kata Peli tersenyum manis penuh cinta pada Tata.
Mereka pun kemudian duduk di kursi teras rumah Tata. Lalu, Tata berkata :
                        “Sayang, aku bener-bener sial deh hari ini. Sial banget!” Kata Tata bersedih.
                        “Sial napa ??” Tanya Peli
                        “Gini, Sayang. Masa aku dapat nilai matematika jelek, sedang teman-temanku dapat nilai bagus-bagus. Padahal mereka sama sekali ga ngerjain tugas itu. Mereka kan nyontek aku. Aku sebel banget!!!sebel sebel sebel banget!!!” kata Tata menceritakan kejadian tadi pagi yang dia alami di sekolah.
Peli hanya terdiam tidak menanggapi perkataan Tata.
                        “Sayang, kamu kenapa?” Tanya Tata heran melihat Peli hanya terdiam melamun.
                        “ Ga napa-napa” jawab Peli singkat tanpa melihat wajah Tata.
                        “Kamu denger ceritaku kan, sayang” Tanya Tata menatap wajah Peli.
                        “Denger kan sayang?” Tanya Tata lagi.
                        “Iya” jawab Peli lirih
                        “Sial banget, bête banget..hibur aku dong sayang” lanjut Tata merajuk.
                        “Hanya ini yang ingin kamu ceritakan padaku”kata Peli menatap tajam Tata.
                        “Bukan itu saja kok, sayang. Saat aku ngetik tugas Kimia. Tiba-tiba komputerku terkena virus, datanya jadi ilang semua. Padahal tugas itu mau dikumpulin besok pagi. Aku kan sedih banget sayang?” kata Tata merajuk pada Peli.
                        “Sayang, kamu bisa kan benerin komputerku?” Tanya Tata memegang bahu Peli.
                        “Iya, bisa. Tapi jangan sekarang ya” Jawab Peli membujuk.
                        “Tugasnya kan buat besok, sayang” jawab Tata memaksa dengan manjanya.
Akhirnya Peli mau memperbaiki komputer Tata. Setelah memperbaiki computer Tata. Peli minta ijin pulang. Namun, Tata melarangnya. Tata kembali menceritakan mengenai kejadian buruk hari itu. Peli pun merasa jengkel mendengarnya. Lalu, Peli berkata :
                        “Benar-benar hanya masalah seperti ini yang ingin kamu bicarakan ke aku” kata Peli sinis
                        “Nggak juga. Kita kan dah lama ga ketemu, sayang. Aku kangen ama kamu. Kamu juga kangen kana ma aku?” kata Tata menjelaskan.
                        “Kan kemarin kita sudah ketemu. Tiap hari di sekolah juga ketemu” Jawab Peli
                        “Ah, tapi tadi pagi gak ketemu kan” kata Tata memberi alasan.
                        “Udah ya, aku mau pulang” kata Peli berdiri.
                        “Kamu kenapa sih, sayang? Apa kamu tidak kangen ama aku?” Tanya Tata
Peli tidak memperdulikan perkataan Tata, dia berjalan menuju halaman rumah Tata. Lalu Tata berteriak,
                        “Kamu udah berbeda sayang. Kamu punya cewek lagi ya?”
                        “Jangan berbicara ngaco gitu” jawab Peli berbalik badan dan kesal.
                        “Abis kamu selalu bicara sinis ke aku dari tadi” bela Tata.
                        “Ada apa sih dengan kamu ?” kata Tata melanjutkan bertanya.
                        “Masih Tanya lagi” jawab Peli marah
                        “Aku tuh sedang khawatir dengan keadaan Anton. Dia belum sadarkan diri sejak dua hari yang lalu!!!” jawab Peli menjelaskan dengan suara keras.
                        “Jadi Anton lebih penting daripada aku” kata Tata marah.
                        “Bukan begitu. Kamu juga sangat penting bagiku” kata Peli menjelaskan.
                        “Terus kenapa kamu marah-marah gitu ke aku. Salahku apa?” Tanya Tata keras.
                        “Masih Tanya lagi?” kata Peli geram.
                        “Apa? Katakan” seru Tata ingin tahu.
                        “Aku kan udah jelaskan tadi. Aku harus ke rumah sakit nungguin Anton” kata Peli
                        “Lalu?”  Jawab Tata bertanya lagi.
                        “Sayang, dengerin aku ya kamu sangat penting bagiku. Tapi saat ini Anton bener-bener lebih membutuhkanku daripada kamu” kata Peli halus berusaha membuat Tata mengerti.
                        “Apa?” Tanya Tata mulai marah.
                        “Kalau begitu kenapa kamu dating kesini? Tanya Tata leras.
                        “Aku kira keadaanmu lebih parah daripada Anton sehingga aku milih datang ke rumah kamu daripada menemani Anton di rumah sakit. Tapi ternyata kamu Cuma ingin curhat hal yang gak penting seperti ini” kata Peli memberi tahu dengan sebal
                        “kamu terlalu egois, ta. Jika hanya seperti ini saja yang ingin kamu katakana lebih baik kamu tidak hubungi aku” Kata peli berdiri dari tempat duduknya.
                        “Jadi kamu ga suka jika aku curhat ke kamu” kata Tata keras
                        “Suka!” jawab Peli tak habis pikir dengan pola pikir Tata.
                        “Tapi kenapa kamu berkata seperti itu ke aku. Kamu lebih memilih Anton daripada aku kan” kata Tata mengulangi perkataannya.
                        “Jika aku memilih Anton aku gak bakal datang kesini, ta” jawab Peli marah.
                        “Terus” kata Tata lagi
                        “Kamu harusnya ngerti. Keadaan Anton itu sangat parah. Jadi, aku tidak bisa buang-buang waktuku hanya utnuk mendengarkan ceritamu saja. Dia butuh ditemani, ta” kata Peli mencoba memberi pengertian kepada Tata.
                        “Lagi pula, masak aku harus setiap saat mendengarkan keluhanmu mengenai hari buruhmu terus. Kamu yang lagi sial lah atau apalah. Apa kamu tidak pernah mengalami hari baik, apa ta?” kata Peli mengingat.
                        “Kamu?” jawab Tata
                        “tidakkah kamu berpikir, kalau hari-hari orang lain juga buruk sepertimu bahkan ada yang lebih buruk daripada hari burukmu. Tapi mereka bisa menerima hari buruk mereka dengan ikhlas tanpa mengeluh karena mereka menganggapnya sebagai lika liku kehidupan yang harus mereka jalani tidak seperti kamu selalu mengeluh dan mengeluh!! Karena hal itu saja kamu seakan-akan mau sekarat, tidak punya semangat lagi. Lemah banget sih kamu!!!”kata Peli keras
                        “ga usah ceramah seperti itu ke aku. Kamu kamu tidak suka dengan ceritaku. Cepat kamu pergi dari sini” jawab Tata menangis.
Akhirnya Peli meninggalkan Tata sendirian di teras. Sebelum pergi, Peli berkata pada Tata
                        You had many bad days” kata Peli sinis
Setelah kepergian Peli, Tata ke kamar. Dia menangis tersedu-sedu di dalam kamar membuat Bibi Ijah bingung membujuknya.Lalu Tata menceritakan kepada Bibi Ijah kalau Peli tidak lagi mencintainya dan memperhatikannya seperti dulu. Dia juga menceritakan bahwa semua ini karena Anton.
Dalam perjalanan kembali ke rumah sakit, Anton terjebak macet. Akhirnya dia berputar-putar mencari jalan pintas rumah sakit. Dengan perjuangan keras, akhirnya Peli sampai di rumah sakit lagi. Lalu dia langsung menuju ruang ICU, tempat Anton di rawat. Di depan ruang ICU, dia melihat sesosok mayat yang sedang didorong menuju kamar mayat. Dia berhenti sejenak, dia mengira kalau mayat itu adalah Anton, karena postur tubuhnya mirip dengan tubuh Anton. Tapi dia langsung membuang pikiran seperti itu. Dia masuk ruang ICU, dan ternyata Anton sudah tidak ada di ruang ICU. Peli kaget dan bingung, kemudian dia menuju ruang Administrasi.
Melihat Peli, di depan ruang Administrasi, dokter mendekati Peli dan berkata
“Anda keluarga Anton?”
“Bukan saya sahabatnya. Gimana keadaan Anton dok?” jawab Peli gugup
“Silahkan ke ruangan saya”ajak dokter pada Peli
Sesampai di ruangan dokter, dokter menyerahkan sepucuk surat pada Peli
                        “Ini surat dari siapa dok?” Tanya Peli menerima sepucuk surat
                        “baca saja dulu” kata dokter
Ternyata pada saat Peli meninggalkan Anton, Anton telah siuman. Tetapi karena Peli tidak ada, maka Antpn menulis surat untuk Peli.
Peli pun akhirnya membaca surat dari Anton.
                        “Pel,  kamu ada dimana? Aku tahu kamu pasti selalu menemani aku di rumah sakit ini. Aku senang menjadi sahabatmu, pel. Kamu satu-satunya sahabatku yang selalu ada untukku. Maafkan aku karena aku selalu menyusahkanmu. Terima kasih, karena kau telah menjadikan aku sahabat sekaligus saudara bagimu. Dan terima kasih juga karena kamu telah menerimaku di rumahmu. Pel, sekarang kamu tidak usah khawatir ya keadaanku sudah baik-baik saja kok. Aku merasa bahagia walaupun mungkin aku sudah tidak bisa bersamamu lagi. Aku ingin istirahat. Sampaikan maafku kepada papa mamahmu dan juga Tata ya….”
Dalam surat tersebut terlihat noda darah berceceran. Anton pun belum menyelesaikan suratnya. Setelah membaca surat tersebut, Peli berseru keras.
                        “Apa yang terjadi dengan Anton, dok?” kata Peli berdiri menatap dokter
                        “Dia ada dimana sekarang, dok?” lanjut Peli sedih
Kemudian, dokter menjelaskan
                        “Karena terus mengalami pendarahan di kepala. Lima belas menit yang lalu, teman Anda telah meninggal dunia”
Mendengarnya, Peli kaget dan berkata
                        “Tidak, dok. Tidak mungkin Anton meninggalkan saya. Coba dokter periksa lagi?”
                        “Lalu, kenapa ada darah di suratnya?” Tanya Pelli tiba-tiba
                        “teman Anda melepas transfusi darahnya” kata dokter lirih
                        “Apa dok?” kata Peli kaget
                        “Jadi, dia berusaha bunuh diri” kata Peli menyimpulkan
                        “Iya” jawab dokter singkat
                        “tidak” jawab Peli tidak percaya
                        “mungkin teman Anda stress berat dengan apa yang telah terjadi” kata dokter menjelaskan
                        “sekarang Anton ada dimana dok?” kata Peli meneteskan air mata
                        “sekarang teman Anda ada di kamar mayat” kata dokter memberi tahu
Peli bergegas menuju kamar mayat untuk melihat jenazah Anton. Melihat jenazah Anton, Peli kembali menangis. Anton akan dikubur keesokan harinya, karena hari itu sudah larut malam. Anton akan dimakamkan di temmpat pemakaman umum di pusat kota Jakarta.
Keesokan harinya. Saat upacara pemakaman Anton, tak ada satu pun keluarga Anton yang datang ke upacara pemakaman tersebut, karena memang Anton sudah tidak memiliki keluarga. Keluarga Anton hanyalah Peli. Papa dan Mamah Peli saat itu tidak bisa hadir karena mereka sedang berada di Jerman,
Pada saat upacara pemakaman, peli masih terus menangis melihat jenazah Anton yang mulai dimasukkan ke dalam tanah.
Di sana juga ada Tata. Tata mengetahui Anton meninggal dari sahabatnya, Andini. Tata berusaha mendekati Peli. Tapi Peli bersikap tidak mempedulikan Tata.
                        “Sayang, Aku turut berduka cita atas kematian Anton” kata Tata pada Peli di akhir upacara pemakaman.
                        “Terima kasih: jawab Peli sambil menatap tajam mata Tata dan berjalan meninggalkan Tata sendiri.
Sejak kematian Anton, Tata tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Peli. Kalaupun mereka bertemu, Peli selalu bersikap dingin pada Tata.
Karena tidak tahan dengan sikap dingin Peli padanya, Tata meminta penjelasan mengenai sikap dingin Peli padanya. Namun, Peli selalu mengacuhkannya bahkan setiap Tata sms/telpon Peli tidak pernah meresponnya. Kalaupun dibalas, kata-kata Peli hanya seperlunya saja. Sikap diam Peli ini lama kelamaan membuat Tata bingung mengenai kelanjutan hubungan mereka. Lalu, Tata memutuskan bertemu dengan Peli.
                        “Assalamualaikum wr.wb. Saya mohon, beri saya kejelasan mengenai hubungan kita. Kenapa kamu memperlakukan saya seperti ini. Kalau saya punya salah, tolong maafkan saya” kata Tata terkesan kaku dan resmi pada Peli dalam sms.
Setelah sekian lama menunggu balasan sms dari Peli. Akhirnya Peli membalas sms Tata.
                        “Jangan ganggu saya. Kamu benar-benar telah mengganggu saya. Saya kira Anda telah mengetahui jawaban saya” jawab Peli kaku pada Tata.
Membaca pesan itu, Tata menjawab
                        “Maaf kalo saya mengganggu Anda. Anda tidak pernah menjawab apapun yang saya tanyakan pada Anda. Jadi, tolong beri saya penjelasan sekali lagi. Besok saya tunggu Anda di restoran tempat biasa kita makan” kata Tata.
Karena sms Tata belum juga dibalas oleh Peli. Tata berusaha menelpon Peli dan telponnya pun tidak diangkat-angkat. Tapi Tata terus saja mencoba menghubungi Peli melalui telpon. Akhirnya telpon Tata diangkat juga, tetapi yang mengangkat telpon adalah seorang cewek. Mendengar suara cewek dalam telpon, Tata langsung menutupnya.
                        “Siapa cewek itu” Tanya Tata kaget dalam hati
                        “Peli tidak memiliki saudara cewek? Jangan-jangan Peli?! Tidak mungkin dia sejahat itu sama aku?” kata Tata sendiri di kamar.
Malam itu Tata tidak bisa tidur terus saja memikirkan sosok cewek yang mengangkat teleponnya tadi siang.
Pada saat yang sama, malam itu Peli sedang bersama seorang cewek namanya Sintia. Mereka sedang berada di sebuah pub. Peli mengenal Sintia dari Anton saat ada balapan mobil. Peli dan Sintia hanya berteman, mereka tidak memiliki hubungan special apapun. Memang dulu, Anton berniat menjodohkan Sintia dengan Peli, namun Peli menolaknya karena Peli sangat mencintai Tata. Sejak Anton meninggal dan hubungan Peli dan Tata kacau, Sintia selalu menjadi teman Peli curhat mengenai keadaannya. Sejak saat itu pun mereka sering jalan bareng, pergi nonton.
Pagi harinya. Tata sudah tampak rapi dan cantik, karena hari ini dia akan bertemu dengan Peli, kekasihnya. Mereka memang tidak menentukan jam berapa mereka akan bertemu. Namun, tepatnya jam 10 pagi, Tata sudah berada di restoran tempat mereka akan bertemu. Sudah berjam-jam Tata sabar menunggu kedatangan Peli, namun batang hidup Peli pun sama sekali belum Nampak. Walaupun begitu, Tata tetap setia menunggu kedatangan Peli, bahkan sampai Adzan Dhuhur berakhir lima belas menit yang lalu. Karena hari sudah semakin sore, Tata memutuskan pulang dengan wajah sedih.
Baru beberapa langkah meninggalkan kursi yang ia pesan, orang yang dia tunggu-tunggu dari pagi akhirnya datang juga. Tata pun kembali duduk dan mengajak Peli duduk di meja yang telah dipesan Tata sebelumnya.
                        “Kenapa kamu terlambat?” tanya Tata pada Peli
                        “Apa? Terlambat?” jawab Peli bingung dengan pertanyaan Tata
                        “Kita kan sudah janjian ketemuan disini?” jawab Tata mengingatkan
                        “Janjian?” jawab Peli bingung
                        “Apa kamu lupa?” Tanya Tata heran dengan jawaban Peli
                        “Bukan lupa. Tapi karena memang aku tidak tahu kita janjian” jawab Peli jujur
                        “Benarkah. Tapi, semalam aku sudah sms kamu.
“Sms??”
“Iya. Tapi kamu tidak membalasnya” kata Tata menjelaskan
                        “Aku tidak menerima sms dari kamu” jawab Peli membela diri
                        “Benarkah. Tidak ada sms dariku?” Tanya Tata heran
                        “Kalau kamu tidak percaya, coba liat saja” kata Peli menyodorkan hpnya agar Tata percaya.
Lalu, Tata mengambil Hp Peli dan membuka Inbox di HP Peli dan memang tidak terdapat satupun pesan darinya.
                        “Aneh. Perasaan kemarin terkirim dech” kata Tata lirih.
                        “Ga ada kan” jawab Peli.
                        “Tapi kemarin aku benar-benar sms kamu dan terkirim”
“Ini arsipnya masih ku simpan. Kalau gak percaya coba kamu baca smsku” kata Tata menunjukkan smsnya.
Setelah Peli membaca sms dari Tata, Peli berkata
                        “Tapi kenapa gak nyampe ya?” kata Peli
                        “Mungkin ada yang menghapus smsku” kata Tata mencurigai
                        “Menghapus smsmu??” Tanya Peli bingung
                        “Udah lah gak usah dibahas lagi. Tujuanku kesini adalah seperti yang kamu baca smsku tadi” kata Tata tidak dijawab oleh Peli
                        “Maaf jika aku mengganggumu” kata Tata lirih
                        “Tidak ada yang merasa terganggu kok” jawab Peli dingin
Sejenak mereka terdiam lagi, lalu mulai melanjutkan percakapan lagi.
                        “Jika kamu tidak menerima smsku kenapa kamu ada disini?” Tanya Tata tiba-tiba dan tidak percaya.
                        “Aku ingin kesini saja” jawab Peli santai
                        “Kamu bohong. Sebenarnya kamu menerima smsku kan, tapi kamu tidak mau menemuiku”kata Tata marah.
                        “Kan sudah aku bilang. Aku tidak menerima sms dari kamu”
                        “Kamu gak percaya denganku” lanjut Peli
                        “Susah untuk dipercaya” jawab Tata keras.
                        “Aku bukan pembohong. Aku hanya ingin makan disini. Apa salah? Lalu, aku tidak sengaja ketemu kamu disini?” kata Peli menjelaskan.
                        “Oh begitu” Jawab Tata.
Mereka terdiam sejenak lagi, lalu tiba-tiba pelayan restoran datang menghampiri mereka membawa makanan pesanan mereka. Sambil menyantap makanan di atas meja, Tata kembali melanjutkan pembicaraan dengan Peli,
                        “Apakah aku pembawa sial bagimu???” Tanya Tata.
                        “Pembawa sial?” jawab Peli balik bertanya
                        “Kemarin kamu mengatakan kalau aku adalah pembawa sial bagimu. Aku selalu mengalami kesialan-kesialan” jawab Tata menjelaskan.
                        “Apa benar, aku selalu menyebabkan kamu mengalami kesialan dalam hidup” lanjut Tata.
                        “Bukan begitu. Aku mengatakan seperti itu karena aku cuma ingin kamu membuang pikiranmu mengenai kesialanmu dan berpikirlah kalau hidupmu itu indah. Tidak ada kesialan dalam hidup ini, sebab semuanya adalah ujian dan cobaan, ta. Kecuali jika kamu anggap itu sebagai kesialan. Berubahlah, ta. Maka kamu tidak akan memiliki bad days” kata Peli lagi.
                        “Baiklah aku akan berubah asal kamu kembali padaku” kata Tata.
                        “kembali padaku?” Tanya Peli
                        “Aku tidak ingin kita putus!!” seru Tata
                        “Aku tidak bisa, Ta” kata Peli lirih
                        “Kenapa?” Tanya Tata membuat Peli terdiam bingung
“ Apa karena cewek itu” kata Tata melanjutkan percakapannya
                        “Cewek? Cewek yang mana?” kata Peli kaget.
                        “Ga usah berlagak bego gitu” kata Tata menjawab
                        “Bener aku tidak tahu apa maksudmu. Cewek apa dan seperti apa?” jawab Peli
“Cewek yang kemarin menerima telponku”
Mendengar jawaban Tata, Peli menjadi benar-benar bingung sesosok cewek yang katanya Tata mengangkat telpon dari Tata. Peli tidak menjawab pertanyaan dari Tata
“Benarkan karena cewek itu” Tanya Tata lagi.
                        “tidak” ungkir Peli
                        “Terus karena apa?” kata Tata lagi.
                        “Karena bad days mu?”
                        “Bad daysku?”
                        “Iya.Gara-gara keluh kesahmu yang tidak berguna itu dan semua ceritamu tentang bad days kamu. Aku kehilangan sahabatku, Anton” jawab Peli sedih.
                        “Jadi kamu menyalahkan aku atas kematian Anton” Kata Tata membuat Peli terdiam.
“Itu semua kehendak Allah, li” lanjut Tata.
                        “Tidak. Dia meninggal gara-gara aku pergi ke rumahmu. Gara-gara aku mendengarkan ocehanmu yang tak berguna” terang Peli geram.
                        “Anton meninggal karena dia sendiri. Bukan karena aku!!” kata Tata membela diri.
                        “Apa yang kamu katakan memang benar. Anton meninggal karena kecelakaan. Tapi jika aku tidak pergi ke rumahmu setidaknya aku bisa bertemu Anton untuk terakhir kalinya atau bahkan bisa mencegah dia bunuh diri” kata Peli lagi.
                        “Bunuh diri??” Tanya Tata kaget mendengar kenyataan bahwa Anton bunuh diri
                        “Iya. Dia mencabut transfusi darahnya” jawab Peli meneteskan air mata
                        “Karena itulah aku menyesal pergi ke rumahmu hanya untuk mendengarkan curhatmu tentang nilaimu, tentang komputermu yang rusak”
                        “Kamu memang selalu memikirkan Anton. Kamu selalu menomorsatukan Anton daripada aku, pacarmu” jawab Tata marah.
                        “Sehingga kamu menganggap curhatku hanya lah sebuah hal yang tidak berguna” jawab Tata.
                        “Coba apa pikir untungnya kamu bersahabat sama dia. Dia itu orang miskin, pemabuk, pemadat dan…..” belum sempat Tata melanjutkan perkataannya tiba-tiba Peli menamparnya.
                        “Plak…”suara tamparan Peli keras di wajah cantik Tata.
Tata hanya terdiam memegangi pipinya yang memerah dan mulai meneteskan air matanya.
                        “Aku tidak suka kamu ngomongin Anton seperti itu. Sejelek-jeleknya dia, dia tetap sahabat baikku. Dia pernah menolongku dari musibah yang bisa merenggut nyawaku. Jadi, tanpa dia aku sudah mati” kata Peli menjelaskan.
                        “Apa?” jawab Tata kaget mendengarkannya.
                        “Dulu saat aku masih kecil. Aku bersama keluargaku pergi ke kebun kami yang ada di Bogor. Disana aku digigit ular berbisa, untung saja aku ditolong oleh seorang anak desa yang hidup disekitar situ. Dialah Anton. Dia seorang yatim piatu dan hanya hidup dengan kakeknya saja. Setelah kakeknya meninggal. Sebagai balas budi, ayah dan ibuku membawa Anton ke rumah” cerita Peli mengingat.
                        “Tapi dia tidak menyalahgunakan balas budi itu kan?” kata Tata
                        “Dia tidak berterima kasih padamu. Dia justru mabuk-mabukan, penganut free sex, dan menghabiskan uang orang tuamu, kan” lanjut Tata
                        “Diam” jawab Peli tidak suka dengan perkataan Tata
Kemudian, Tata menarik tangannya dan berkata
                        “Terus bagaimana dengan hubungan kita? Aku tidak ingin kita putus”
                        “Jika kamu berpikir kita putus. Ya sudah berarti kita putus” jawab Peli tidak peduli
                        “Apa maksudmu?” jawab Tata bingung
                        “Kamu berpikir aku ingin memutuskanmu kan?” lanjut Peli menatap Tata
                        “Aku tidak ingin putus darimu, Pel. Aku sangat mencintaimu” kata Tata bingung
                        “Ya sudah anggap saja seperti itu?” jawab Peli pergi meninggalkan Tata
                        “Jangan perlakukan aku seperti ini” jawab Tata keras. Namun, Peli tidak peduli padanya
Peli kembali duduk di kursi restoran tersebut. Kemudian Tata pun kembali bertanya,
                        “Kamu menunggu seseorang?” kata Tata
                        “tidak” jawab Peli singkat
                        “Terus kenapa kamu duduk lagi?” Tanya Tata
                        “Ingin saja duduk disini”jawab Peli
Mendengar jawaban Peli, Tata pun pergi meninggalkan Peli sendiri di kursi. Melihat Tata dari belakang, dalam hati Peli berkata, bahwa sebenarnya dia tidak ingin putus dari Tata, karena Tata adalah cinta sejatinya. Dia hanya ingin Tata berubah.
Pada saat Peli sedang melamun seperti itu, tiba-tiba cewek yang bernama Sintia itu datang menghampiri Peli dan berkata keras
                        “Hai…peli. Kamu sudah lama menungguku ya?” seru keras Sintia sengaja agar terdengar Tata.
                        “Nggak” jawab Peli pelan
                        “Emang kita janjian” lanjut Peli jutek
                        “Emang gak janjian sih. Tapi kenapa kok bisa sehati ya”
                        “Hanya kebetulan saja. Jangan GR dulu” jawab Peli
                        “Kenapa kamu jutek gitu ke aku sih, li” Tanya Sintia
Ketika Tata sampai di depan restoran. Dia mendapatkan sebuah sms dari nomor yang tidak dikenal. Sms itu berbunyi.
                        “Berbalik lah badan dan lihatlah kekasih baru Peli”
Melihat Peli bersama cewek lain, Tata kembali menghampiri Peli dan cewek tersebut. Dia berkata,
                        “Katanya tidak menunggui seseorang! Buktinya kamu bersama cewek ini”
                        “Kami memang tidak sengaja bertemu disini” jawab Peli membela diri
                        “Lalu Siapa dia?” kata Tata agak sebal
                        “Dia Sintia. Sintia kenalin ini Tata” kata Peli memperkenalkan Sintia pada Tata
                        “Dia cewek itu kan?”
                        “Cewek yang mana?”
                        “Cewek yang mengangkat telponku”
                        “Bukan”
 “Dia cantik. Jika dia pilihanmu dan mampu menggantikanku baiklah aku rela melepaskanmu!!” lanjut Tata pada Peli
                        “Apa maksudmu?” kata Peli bingung.
                        “Ga usah mengelak dia cewek barumu kan!” jawab Tata marah.
                        “Tidak. Kita hanya beteman” kata Peli menjelaskan
                        “Iya. Kami cuma berteman saja kok ga lebih” kata Sintia menambahkan.
                        “Aku gak percaya” jawab Tata
                        “ Ya udah terserah kamu” jawab Peli setelah mendengar jawaban Tata.
                        “Kalau aku pacaran sama dia, kamu mau apa?” lanjut Peli
Mendengar pertengkaran Peli dan Tata, Sintia berkata
                        “Maaf kalian berpacaran ya” kata Sintia
                        “tidak” jawab Tata lantang.
                        “Kami tidak pacaran” lanjut Tata hanya didiamkan oleh Peli
Mendengar jawaban Tata, Peli kaget bukan kepalang
                        “benarkan, li” kata Tata menatap Peli
Peli tidak menjawab perkataan Tata.
Kemudian, Tata meninggalkan Peli dan Sintia.
                        “Ya udah, met kencan” kata Tata sinis meninggalkan Peli dan Sintia.
Baru beberapa meja yang dilalui Tata. Tiba-tiba Tata mengambil pisau yang tergeletak di atas meja. Melihat seorang pelanggan restoran mengambil pisau, pelayan restoran yang saat itu akan membersihkan meja itu berkata,
                        “Apa yang akan anda lakukan dengan pisau itu!” kata pelayan itu khawatir
                        “Saya pinjam sebentar ya” kata Tata lirih dan manis
                        “Tapi saya akan cuci pisau tersebut”
                        “Atau Anda mau saja ambilkan pisau yang lain”
                        “Tidak saya tidak mau pisau yang lain. Saya mau pisau yang ini saja”
                        “Tapi pisau itu kotor dan bisa membuat anda infeksi”
                        “Kalau boleh tahu pisau itu mau buat apa ama Anda”
                        “Menyayat nadi saya” jawab Tata membuat kaget pelayan restoran tersebut.
                        “Anda jangan lakukan itu ya” kata Pelayan itu mencoba menasehati.
                        “tidak. Saya sudah tidak ingin hidup lagi” seru Tata membuat Pelayan restoran tersebut semakin bingung.
Mendengar teriakan Tata, Peli menghampiri Tata. Peli berkata,
                        “Apa yang akan kamu lakukan dengan pisau itu” kata Peli
                        “Aku tahu caranya kamu bisa terlepas dari nasib burukku. Terhindar dari my bad days” kata Tata mengarahkan pisau ke pergelangan tangannya.
                        “Jangan ta” jawab Peli mencoba melarang
                        “Apalah artinya hidupku tanpamu, li” kata Tata bersedih
                        “putus denganmu berarti mati bagiku. Maka dari itu aku lebih baik mati daripada aku putus denganmu. Hidupku tak akan berarti jika orang yang aku cintai sudah tidak mencintaiku lagi” kata Tata menangis
                        “ta….” Kata Peli belum selesai mengatakan sesuatu pada Tata. Tetapi Tata sudah menyayat tangannya dengan pisau.
“Ta, sebenarnya aku…”kata Peli mengangkat tubuh Tata yang jatuh dari lantai.
Darah pun bercucuran ke lantai. Sebenarnya darahnya tidak terlalu banyak. Tetapi karena Tata terlalu phobia dengan darah, akhirnya pinsan. Peli membawanya ke rumah sakit. Dalam perjalanan ke rumah sakit, mereka terhadang macet di setiap jalan besar atau jalan kecil.Lama kelamaan darah Tata banyak yang keluar dan tubuhnya lemes. Melihat kesedihan Peli, Sintia menyadari betapa Peli sangat mencintai Tata.
Sesampainya di rumah sakit, Tata dibawa ke ruang ICU. Pada saat Peli duduk menunggu, Peli berkata pada Sintia
                        “kamu tidak usah berpura-pura lagi” kata Peli membuat Sintia bingung dan kaget
                        “Apa maksudmu?” jawab Sintia balik bertanya
                        “Sebenarnya kamu sudah tahu kami berpacaran kan. Dan kamu juga sudah pernah bertemu dengan Tata sebelumnya kan” kata Peli menjelaskan.
                        “Aku tahu semuanya. Kamu juga kan yang menghapus sms dari Tata” lanjut Peli.
                        “aku tidak….” Jawab Sintia gugup.
“tidak usah menyangkal. Pada saat Tata sms kamu ada bersamaku. Kamu menghapusnya saat aku pergi ke kamar mandi kan” kata Peli mencoba mengingat.
“maafkan aku, pel” jawab Sintia menundukkan kepalanya.
“Kenapa kamu melakukan ini padaku” kata Peli bertanya
“Aku hanya ingin kamu membalas cintaku, pel. Sejak pertama kali aku betemu denganmu, aku sudah mencintaimu. Tetapi aku meminta bantuan pada Anton, agar dia membantuku untuk mendapatkanmu. Anton pun awalnya tidak menyetujuinya. Namun, karena aku terus memaksa akhirnya dia mau membantuku” kata Sintia menjelaskan.
“Aku tahu sekarnag. Gara-gara kamu itulah Tata tidak pernah menyukai Anton padahal dulu saat kami SMP, kami bertiga selalu bersama. Tapi karena kesalahpahaman inilah kami selalu bertengkar” kata Peli sedih.
Sintia pun terdiam mendengarkan jawaban Peli
                        “Aku tidak akan pernah mencintaimu. Karena cintaku hanya untuk Tata” kata Peli
                        “Pel., aku mohon berikanlah aku kesempatan untuk mencintaimu” kata Sintia.
                        “Aku tidak bisa” jawab Peli marah dan pergi meninggalkan Sintia.
                        “Aku sangat mencintaimu” kata Sintia berteriak
Pada saat itu, Tata sudah sadar. Secara tidak sengaja Tata mendengar perkataan Sintia yangsedang berada di depan ruang ICU. Mendengarkan suara seseorang dari dalam kamar Tata dirawat, Sintia masuk ke kamar Tata.
                        “Apa yang kamu lakukan disini” Tanya Tata pada Sintia
                        “Menemani seorang cewek yang sangat rapuh sepertimu” jawab Sintia sinis
                        “Aku tidak butuh ditemani oleh cewek penggoda sepertimu” jawab Tata tersinggung
                        “Kamu pikir aku menemanimu karena aku peduli padamu. Kalau tidak karena kekasihku Peli, aku tidak akan mau menemanimu disini” jawab Sintia menjelaskan.
                        “kekasih???” kata Tata kaget
                        “Iya. Pelihara Iskandar kan memang kekasihku” kata Sintia bangga
                        “Tidak mungkin. Tidak mungkin. Tidak mungkin” kata Tata tidak percaya dan meneteskan air mata.
                        “Tapi itu kenyataannya, cewek rapuh”
                        “Tidak Peli tidak pernah mencintaimu. Peli hanya mencintaiku” kata Tata menggelengkan kepala dan sedih.
                        “Kamu salah, ta. Jika kamu mengira Peli hanya mencintaimu.Buktinya dia memutuskanmu dan sekarang menjadi kekasihku” kata Sintia sinis.
                        “Sudahlah, aku gak suka ribut dengan cewek rapuh dan tak berguna seperti kamu’ kata Sintia menghina dan meninggalkan Tata sendiri.
Mendengar perkataan Sintia, Tata bersedih dan akhirnya dia pun melepaskan transfusi darah yang mengalir dalam tubuhnya. Darah-darah dalam tabung berceceran di tempat tidur dan lantai tempat Tata dirawat. Seketika itu juga Tata sudah tidak bernyawa lagi.
Saat itu Peli sedang shalat di Mushola rumah sakit. Setelah selesai dia kembali ke ruang ICU. Melihat banyak perawat dan dokter yang berlari ke ruang ICU. Ia pun ikut berlari ke ruang ICU. Melihat para perawat membawa tubuh Tata yang sudah kaku ke kamar mayat, Peli menangis dan terjatuh.
                        “Kenapa kamu melakukan ini padaku, ta” kata Peli menangis
                        “Kamu kan tahu aku sangat mencintaimu. Aku juga tidak bisa kehilanganmu, ta”
                        “Maafkan aku karena aku telah berkata buruk padamu, ta” kata Peli menyesal
Tata dimakamkan disamping makam Ibunya.
                        “Mungkin harimu buruk ta. Tapi hari-hariku akan lebih buruk lagi tanpa kamu disisiku, ta. Mungkin juga sebenarnya yang memiliki bad days itu aku karena aku dua orang yang aku cintai meninggal” kata Peli sambil menabur bunga di pusara Tata.*****

NAMA LENGKAP                 : REGAS FEBRIA YUSPITA
TTL                                         : MAGELANG, 24 FEBRUARI 1985
HOBI                                       : MEMBACA DAN MENULIS
ALAMAT                                : JALAN BENTENG LEMAH RT 05 RW III KEDUNGUTER BANYUMAS
NO TELPON                          : 085726580012
                       
                       

Tidak ada komentar: